PENGARUH BUDAYA DUAN DAN LOLAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT TANIMBAR

PENGARUH BUDAYA DUAN DAN LOLAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT TANIMBAR

PENDAHULUAN
Setiap bangsa pada umumnya dan setiap daerah pada khususnya memiliki budaya tertentu. Dikatakan budaya berarti suatu kebiasaan hidup yang sudah diwariskan turun temurun sejak dahulu  kala hingga kini. Budaya itulah yang menjadi salah satu pembentuk hidup manusia, sehingga budaya merupakan salah satu faktor penentu suatu pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Setiap orang memiliki budaya, tetapi apakah setiap orang bisa berbudaya? Jawaban dari pertanyaan ini ialah belum tentu orang berbudaya dengan budaya yang dimiliki. Bisa jadi sebaliknya, orang malah tidak berbudaya dengan budaya yang dimilikinya. Mengapa demikian? Karena orang yang berbudaya adalah orang yang menghargai budayanya dan budaya orang lain serta mengembangkannya menjadi suatu nilai yang dijunjung tinggi dan mendadi pedoman hidup untuk kebaikan semua orang. Sementara kebalikan dari budaya yaitu orang tidak menghargai budayanya dan budaya orang lain, dengan budaya yang dimiliki, orang malah merusak nilai-nilai dari budaya yang sesungguhnya.
Untuk menjadi seorang yang sungguh-sungguh  berbuday maka perlulah pemahaman yang dalam tentang budaya itu sendiri. Sebagai anak Tanimbar yang mewarisi budaya Duan dan Lolat maka kami ingin mengungkapkan apa sebenarnya yang dimaksud dengan budaya Duan dan Lolat dalam kehidupan masyarakat Tanimbar, apa tugas dan tanggung jawabnya, apa pengaruhnya bagi pembentukan karakter pribadi dan bagaimana tanggapan Gereja tentang budaya Duan dan Lolat.
BAB I
PENGERTIAN DUAN DAN LOLAT
I. 1. Pengertian Duan
I.1.1. Etimologi Istilah Duan
Istilah Duan berasal dari kata “Ndrue” yang artinya tuan, raja, pemimpin dan penguasa. Dalam strata sosial Duan ini selalu pada posisi di atas dari pada Lolat. Dalam segala hal Duan sebagai pemegang nafas Lolat artinya Duan merupakan asal segala hidup, pemberi hidup. Dalam hubungannya dengan manusia satu sama lain (laki-laki dan perempuan), Duan ini dimaksudkan sebagai perempuan yang merupakan lambang dari kehidupan, kesuburan yang dalam bahasa Tanimbar disebut “Ompak Ain” yang artinya tempat tanah. Dalam konteks perkawinan Duan adalah pemberi perempuan artinya Duan memiliki perempuan, jika perempuan itu hendak menikah maka Duan ini akan memberikan perempuan itu kepada seorang yang mau menjadi suaminya. Sedangkan kalau perempuan itu sudah menikah maka saudara laki-laki dari perempuan (pihak keluarga perempuan) akan berstatus sebagai Duan bagi suaminya (pihak keluarga laki-laki).
I.1.2. Tugas Dan Tanggung Jawab Duan
Berdasarkan etimologi Duan tadi maka dapat diungkapkan maksud tugas dan tanggung jawabnya. Adapun tugas dan tanggung jawab Duan:
v  Sebagai pelindung
Duan ini selalu melindungi lolat dalam segala hal dalam bahasa Tanimbar disebut “Teter Lere” yang artinya melindungi dari panas dan hujan. Biasanya kalau lolat sedang mengalami masalah maka Duan akan berperan melindunginya.
v  Sebagai pemelihara
Duan ini selalu memelihara lolat dalam hal apa saja, dia pemberi hidup, dia yang menghidupi lolat, justru itu Duan yang memegang nafas lolat karena dia yang memberi hidup sehingga lolat selalu hati-hati kalau Duan marah karena kalau Duan marah maka lolat akan dapat akibatnya.
Kalau dalam proses adat berlangsung maka Duan ini memberi makanan kepada  Lolat (sebagai pemelihara) dan memberi kain kepada lolat (sebagai pelindung). Intinya Duan ini selalu membawa hal-hal yang berjenis perempuan kepada Lolat.
I.2. Pengertian Lolat
I.2.1. Etimologi Istilah Lolat
Istilah Lolat artinya hamba. Dalam strata sosial Lolat ini selalu pada posisi di bawah dari pada Duan. Dalam segala hal Lolat ini selalu bergantung hidup pada Duan, apalagi kalau dia sedang mengalami masalah, yang menjadi tempat berteduh, sandaran hidupnya adalah Duan. Dalam hubungannya dengan manusia satu sama lain, Lolat ini dimaksudkan sebagai laki-laki yang siap bekerja membantu Duan yang dalam bahasa Tanimbar disebut “Udan Ain” yang artinya tempat hujan. Dalam konteks perkawinan  Lolat adalah penerima perempuan artinya perempuan yang diberikan oleh Duan. Kalau laki-laki itu menikah dengan perempuan pemberi Duan tadi maka laki-laki itu bersama keluarganya akan menjadi Lolat bagi perempuan itu dan keluarganya.
I. 2.2. Tugas Dan Tanggung Jawab Lolat
Berdasarkan etimologi Lolat tadi, maka dapat diungkapkan maksud tugas tanggung jawab Lolat. Adapun tugas dan tanggung jawab Lolat:
v  Mengabdi kepada Duan
Sudah sepantasnya kalau kita sudah ditolong maka kita juga harus menolong. Saling menghargai dan menolong adalah bentuk kerja sama yang baik di antara Duan dan Lolat sehingga sebagai balasannya Lolata bekerja membantu Duan.
Kalau dalam proses adat berlangsung maka Lolat ini memberi sopi dan sumbat/penutup botol (tuke dan snyingat) dan ikan/daging kepada Duan. Dia yang menuang sopi untuk Duan minum, membagi-bagi makanan kepadan Duan untuk makan. Intinya  Lolat ini selalu membawa hal-hal yang berjenis laki-laki kepada Duan.
BAB II
PENGARUH BUDAYA DUAN DAN LOLAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT TANIMBAR
Budaya Duan dan Lolat dalam kehidupan masyarakat Tanimbar sudah pasti mempunyai suatu pengaruh dan jelaslah pengaruh itu ada positifnya dan ada pula negatifnya. Di bawah ini akan diuraikan pengaruhnya dalam masyarakata pada umumnya dan pengaruh positif dan negative dalam pembentukan pribadi pada khususny.
II.1. Pengaruh pada umumnya (masyarakat)
Budaya Duan dan Lolat dalam masayarakat Tanimbara sangat kental ketika terjadi suatu konflik antar kampong atau suatu pertemuan tertentu. Biasanya dalam penyelesaian suatu konflik tertentu, Duan dan Lolat ini sangat mempunyai peranan. Di sini kami akan mengangkat contoh-contoh dalam masyarakat yang mana budaya Duan dan Lolat berperan. Contoh itu antara lain:
v  Kampung-kampung yang saling bertikai ( misalnya Olilit-Sifnana, Lorwembun-Batjas, Kelan-Krawain dll.)
Biasanya yang sering terjadi pertikaian itu adalah kampong-kampung yang bertetangga dimana tingkat hidup kelompok sosialnya lebih tinggi dan lebih dekat.Jenis-jenis kelompok sosial yang lazim ada dalam masyarakat antara lain:
Kekerabatan: pengelompokan yang terbentuk berdasarkan hubungan darah dan ikatan perkawinan
Teritorial: pengelompokan sosial yang terbentuk atas dasar hubungan tetangga, tinggal berdekatan satu sama lain dan merasa diri bersatu
Agama: pengelompokan sosial berdasarkan iman kepercayaan yang dianut
Status/jabatan: pengelompokan sosial berdasarkan jabatan tertentu untuk membuat kegiatan bersama
Persahabatan: pengelompokan sosial berdasarkan sahabat untuk melakukan kegiatan bersama
Setelah kampung-kampung itu bertikai maka selalu ada jalan tengah yaitu berdamai., dan justru pertikaian itulah bisa membuahkan sebuah persahabatan yang akrab yang disebut “Pela” dalam bahasa Tanimbar disebut “Keselibur” yang sama artinya juga dengan bahasa Larat “Kidabela” yang artinya sahabat dan saudara. Dalam konteks pertikaian antara kampung ini maka penyelesaian dilakukan dalam adat yaitu yang  memberikan makanan dan kain adalah Pela Duan dan yang memberikan sopi dan snyingat serta ikan/daging adalah Pela Lolat.
II.2. Pengaruh Pada Khususnya (Diri Pribadiku)
II.2.1. Pengaruh Positif
Budaya Duan dan Lolat yang ada dalam masyarakat Tanimbar mempunyai pengaruh positif bagi diriku yaitu:
Selalu dan ingin membantu dan menolong siapa saja yang lemah walaupun saya pribadi mengalami kekurangan
Selalu dan ingin melindungi siapa saja yang tidak berdaya, yang merasa tidak mempunyai sandaran hidup
Mempunyai sikap rendah hati walaupun memiliki kelebihan
Solider dengan orang lain, ingin terlibat dalam hidup kebersamaan dengan orang lain,mampu beradaptasi dengan orang lain
Rasa memiliki orang lain sebagai saudara dan sahabat
Taat kepada perintah, menghormati dan  menghargai orang lain yang lebih tua
Rajin bekerja, melayani dan membantu orang lain
Selain Duan dan Lolat itu mempunyai pengaruh positif bagi diriku, ada juga pengaruh negative juga bagi diriku yaitu:
Terkadang memiliki sikap dan sifat sombong bila saya melebihi orang lain dalam hal apa saja.
Cenderung memerintah, melakukan apa saja sesuka hati tanpa berpikir orang lain.
Cuek dengan penderitaan orang lain kalau saya sudah merasa cukup kebutuhan.
BAB III
SIKAP GEREJA DALAM MENANGGAPI
BUDAYA DUAN DAN LOLAT
Pada dasarnya Gereja menerima setiap budaya daerah asalkan budaya itu untuk kebaikan bersama tanpa mengorbankan satu pihak manapun. Dalam hubungannya dengan budaya Duan dan Lolat dalam masyarakat Tanimbar ini Gereja menerima dengan tangan terbuka bahkan ada satu perpaduan yang sangat baik antara budaya dan agama, sehingga lewata budaya orang mengenal agama. Orang lebih menghayati iman dan nilai-nilai keagamaan melalui budaya Duan dan Lolat ini. Dalam konteks relasional, masyarakat Tanimbar mengenal tiga macam relasi yaitu:
Relasi Duan dan Lolat
Relasi Empung Nuse
Relasi Mele-Kawar/Baluan-Famude
Dalam hubungannya dengan Tuhan dan manusia diangkat juga tiga relasi ini yaitu:
Relasi Duan dan Lolat
Adalah relasi antara tuan dan hamba.Yang menjadi tuan disini yaitu Tuhan yang mempunyai kekuasaan Maha Tinggi, Dialah pemegang nafas hidup dan mati, Dia pemberi hidup.Kata Duan dalam arti Tuhan ini sering disapa sebagai “Ndrue Silai” sedangkan yang menjadi hamba adalah manusia yang mengabdi, menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Relasi Empung Nuse
Adalah relasi antara tete dan cucunya. Yang menjadi tete disini adalah Tuhan yang sering disapa Tete Manis dan cucu adalah manusia yang merupakan satu bentuk relasi cinta dan kasih saying dalam keluarga
Relasi Mele-Kawar/Baluan-Famude
Adalah relasi antara yang terdahulu dan yang terkebelakang. Yang menjadi Mele adalah Tuhan yang selalu disapa “Mele Silai”, Dialah yang Maha Tahu segala sesuatu , Dia yang lebih dulu menemukan, membuat segala sesuatu ada (Baluan) sedangkan manusia adalah Kawar, dia menjadi hamba yang hina bagi Mele, dia tidak berdaya, dia mampu membuat sesuatu kalau ada persetujuan dari Mele
Tiga macam relasi yang ada dalam masyarakat Tanimbar ini terlihat jelas juga sesuai dengan Kitab Suci dimana diungkapkan perjanjian antara Allah dan bangsa Israel, dimana Allah bersabda: “ Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Yeremia 31: 33).
PENUTUP
Sebagai anak Tanimbar, kami merasa bersyukur dan bangga karena memiliki budaya Duan dan Lolat ini begitu baik karena lewat budaya Duan dan Lolat ini iman akan Allah dengan mudah dihayati. Memang konsekwensi dari budaya Duan dan Lolat ini memberi pengaruh yang positif dan negative dalam pembentukan karakter pribadi tetapi bukan berarti bahwa budaya Duan dan Lolat ini memiliki nilai yang negative. Pada prinsipnya, budaya Duan dan Lolat mempunyai nilai yang positif dan kalau budaya Duan dan Lolat ini memberi pengaruh negative pada diri pribadi maka disitulah letaknya perubahan sikap masing-masing terhadap budaya tersebut. Perubahan sikap masing-masing bisa terjadi kalau kita mempunyai pemahaman tentang budaya tersebut dan bagaimana menyikapi secara dewasa dimaksud bahwa hal yang positif dari budaya itu kita tingkatkan dan hal yang negative dari buday itu kita sadari dan kita hilangkan.
Untuk dimengerti bersama bahwa nilai dari budaya bukanlah hal yang negative tetapi hal yang positif.Duan dan Lolat yang diangkat dalam budaya Tanimbar dalam pengertiannya bukanlah hal untuk membedakan manusia yang lebih tinggi dan lebih rendah melainkan yang mau ditekankan dari budaya Duan dan Lolat dalam hubungannya dengan manusia satu sama lain adalah untuk saling menghormati dan menghargai, hidup dalam suasana rukun dan damai,bukan yang kuat menganggap rendah yang lemah tetapi justru yang kuat membantu yang lemah sehingga dalam hidup bersama selalu didasarkan pada cinta dan kasih sayang.

MODEL DAN TEORI KEPERAWATAN MENURUT DOROTEA OREM DAN VIRGINIA HANDERSON

MODEL DAN TEORI KEPERAWATAN

  1. TEORI KEPERAWATAN MENURUT DOROTEA OREM
  2. DEVINISI

Teori keperawatan didefiniskan sebagai konseptualisasi beberapa aspek realitas keperawatan yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena, menjelaskan hubungan- hubungan antar fenomena, memprediksi risiko-risiko dan menetapkan asuhan keperawatan (Afaf Ibrahim Meleis, 1997).

Di dunia keperawatan banyak fenomena dan masalah yang terjadi yang sulit untuk dijelaskan dan diselesaikan. Namun, keperawatan memiliki teori-teori keperawatan yang bisa digunakan untuk menjelaskannya dan member solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Para ahli teori keperawatan mengemukakan berbagai solusi yang bisa diterapkan di berbagai lingkup keperawatan. Teori-teori tersebut terus dikembangkan sehingga akan lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan.

Salah satu ahli teori yang cukup terkenal dan teorinya banyak digunakan dalam tatanan pelayanan keperawatan adalah Dorothea Orem. Dalam teori self care-nya ia menganggap bahwa perawatan diri merupakan suatu kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali. Teori ini merupakan suatu pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri dan bukan menempatkan klien pada posisi bergantung karena self care merupakan perilaku yang dapat dipelajari.

Teori Dorothea Orem merupakan teori yang cukup menarik untuk dikaji dan dibahas karena termasuk teori yang cukup banyak digunakan dalam aplikasi praktik keperawatan dan penulis tertarik untuk menelaah teori ini, dimana ia hanya berfokus pada lingkup praktik keperawatan.

Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri klien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal. Orem mengembangkan tiga teori yang saling berhubungan yaitu teori “self care deficit”,teori self care, dan teori nursing system(Tomey). Tiga teori tersebut   berfokus  pada peran manusia menyeimbangkan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya dengan merawat diri mereka sendiri.

  1. Teori Self Care Deficit
  2. Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan- keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat ketergantungan; yaitu ketergantungan total atau parsial. Defisit perawatan diri menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam bertindak/beraktivitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan diri. Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan mengalami penurunan/defisit perawatan diri.
  1. Teori Self Care

Wang and Laffrey (2004, p. 123) menyatakan bahwa self care adalah fungsi regulasi manusia yang berdasarkan pada kemampuan individu untuk melakukan perawatan dirinya. Hal tersebut digambarkan dalam hubungan antara self care, self care agency dan therapeuthic demand (diri, maka defisit perawatan diri terjadi dan perawat akan membantu klien  untuk melakukan tugas perawatan dirinya self care : Self care adalah tindakan yang matang dan mematangkan orang lain yang mempunya potensi untuk berkembang, atau mengembsangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat digunakan secara tepat, nyata dan valid untuk mempertahankan fungsi dan berkembang dengan stabil dalam perubahan lingkunganl. Self care digunakan untuk mengontrol au faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas seseorang untuk menjalankan fungsinya dan berproses untuk mencapai kesejahteraannya. Self care agency agen perawan sendiri adalah kekuatan individi yang berhubungan dengan perkiraan dan esensial operasi-operasi produksi untuk keperawatan mandiri. Ada 3 aspek yakni:

  1. Agen (orang yang mengambil tindakan).
  2. Self care agent (penyedia perawatan mandiri).
  3. Dependent care agent (penyelenggara perawatan yang tidak mandiri)

Therapeutic Self Care Demands:

Tunutan perawatan diri harus seimbang dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu dilakukan upaya-upaya dengan cara menggunakan metode-metode untuk mengembalikan kemampuan tersebut

Nursing Agency :

Merupakan upaya keperawatan untuk dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri individu dan mencapai kemandirian yang dapat dilakukan dengan cara : mengenali kebutuhannya, memenuhi kebutuhan, melatih kemampuannya.

Contidioning factor :

Merupakan kondisi atau situasi di sekitar individu yang dapat mempengaruhi individu dalam memenuhi kebutuhan self care-nya.

  1. Teori Nursing System

Sistem keperawatan, ketika perawat menentukan, mendesain dan menyediakan perawatan yang mengatur kemampuan individu dan mencapai pemenuhan kebutuhan perawatan diri (Kozier, Erb, & Blais, 1997 dalam Jean Bridge, Sally Cabell, and Brenda Herring, 2006). Sistem pelayanan yang memfasilitasi pemenuhan kebutuhan self care individu dan memberikannya secara terapeutik sesuai dengan tiga tingkatan kemampuan :

  1. Wholly compensatory nursing system Diberikan pada klien dengan ketergantungan tinggi, jika :
    1. tidak mampu melakukan aktivitas, contoh :
    2. klien tak sadar
    3. tahu melakukan gerakan tapi tidak boleh ada gerakan, contoh pada klien fraktur tulang belakang
    4. tidak mampu memberi alasan tindakan self care tapi bisa dengan bimbingan,
      contoh pada :
  • retardasi mental
  1. Partly comensatory nursing system diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan sebagian/parsial. Biasanya perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh klien, misalnya pada lansia.
  2. Supportive educative nursing systemd iberikan dengan pemulihan/ketergantungan ringan. Memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien untuk melakukan self care.

HOLLY COMPENSATORY SYSTEM

Menyelesaikan therapeutik self care klien Kompensasi ketidakmampuan klien dalam memenuhi self care Mendukung dan melindungi klien.

PARTLY COMPENSATORY SYSTEM

Menjalankan beberapa kegiatan self care Kompensasi keterbatasan klien untuk selfcare
Membantu klien sesuai kebutuhan Tindakan SUPPORTIVE  – EDUCATIVE SYSTEM

Kebutuhan self care menurut Orem Terdapat tiga tipe kebutuhan self care menurut Orem yaitu kebutuhan universal dan perkembangan perawatan diri/self care serta penyimpangan kesehatan.

Kebutuhan universal self care

  • Menyeimbangkan pemasukan udara, air, dan makanan.
  • Pembekalan perawatan berhubungan dengan proses eliminasi dan eksresi.
  • Mencapai keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
  • Menghindari risiko-risiko yang membahayakan bagi kehidupan, peran dan tercapainyakesejahteraan

Meningkatkan fungsi/peran dan perkembangan dalam kelompok sosial berdasarkan
potensi manusia, batasan-batasan, dan keinginan manusia untuk menjadi normal
(Orem, 1985 dalam Meleis, 1997).

Kebutuhan perkembangan/kemajuan self care

  • Menyeimbangkan kondisi kehidupan yang mendukung proses kehidupan dan perkembangan, dimana manusia berproses menuju tingkat yang lebih tinggi dan menjadi matang.
  • Pembekalan keperawatan ditujukan untuk mencegah terjadinya kehilangan kondisi/faktor yang mendukung perkembangan manusia.
    Kebutuhan self care deviasi/penyimpangan kesehatan.
  • Menjaga individu dari kondisi lingkungan fisik maupun biologis yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit dan menimbulkan kesadaran terhadap efek dari kondisi patologik.
  • Secara efektif mengembalikan individu dari kondisi patologis seperti deformitas atau abnormalitas dimanai perawat berupaya mengkompensasi gangguan yang terjadi.
  • Memodifikasi konsep diri dan gambaran diri pada seseorang dalam menerima kesehatan dan perawatan kesehatan.
  • Mempelajari efek dari kondisi patologi dan penangan yang mungkin digunakan untuk mengembangkan kemampuan individu.
  • D. Proses Keperawatan Menurut Teori Orem

Proses keperawatan menurut Orem terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dengan rasional ilmiah, implementasi dan evaluasi.

Pengkajian
Pengkajian diarahkan pada factor personal, universal self care, defelopmental self care,
health deviation, self care defisit.

Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien.

Perencanaan

Tujuan : dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand dan
meningkatkan kemampuan self care.

Membuat nursing system : Wholly compensatory, Partly  compensatory, atau  supportive.
educative.
Membuat metode yang sesuai untuk membantu klien.

Pelaksanaan
Diarahkan untuk meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care,
dan menurunkan self care deficitnya

Evaluasi
Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam : meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya.

Tahap Pertama – pengumpulan data pada 6 area yaitu : status kesehatan individu; persepsi dokter tentang status kesehatan individu; persepsi individu tentang kesehatannya sendiri; tujuan kesehatan dalam konteks latar belakang kehidupan individu, gaya hidup, dan status kesehatannya; kebutuhan individu terhadap perawatan diri/self care; kapasitas individu untuk melakukan self care.
Tahap kedua : perawat menentukan tingkat ketergantungan individu, dimana perawat
dapat menetapkan apa yang akan dilakukan untu membantu individu/klien.
Tahap ketiga : melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pada komponen diagnose
keperawatan. selanjutnya melakukan evaluasi tingkat keberhasilan perawatan

 

 

 

  1. 2.      TEORI KEPERAWATAN VIRGINIA HANDERSON

A. DEFINISI

Keperawatan menurut Henderson adalah suatu fungsi yang unik dari Keperawatan untuk menolong klien yang sakit atau sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kemampuan, kekuatan, pengetahuan dan kemandirian pasien secara rasional, sehingga pasien sembuh atau meninggal dengan tenang. Definisi ini merupakan awal terpisahnya ilmu keperawatan dan medik dasar.

Dari referensi tersebut asumsi dari individu yaitu :

  1. Individu perlu mempertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional
  2. Individu memerlukan bantuan untuk memperoleh kesehatan dan kemandirian atau meninggal dengan damai
  3. Individu membutuhkan kekuatan yang diperlukan, keinginan atau pengetahuan untuk mencapai atau mempertahankan kesehatan.

Henderson berpendapat peranan perawat membantu individu sehat sakit dengan suatu cara penambah atau pelengkap (supplementary atau emplementary).
Perawat sebagai partner penolong pasien dan kalau perlu sebagai pengganti pasien.
Focus perawat adalah menolong pasien dan keluarga untuk memperoleh kebebasan dalam makan, bernafas normal.

Tempat memenuhi kebutuhan dasar: bergerak dengan mempertahankan, eliminasi sampah tubuh, minum adequate merubah dengan yang cocok. Tidur dan istirahat, posisi yang diinginkan, mempertahankan temperature tubuh dalam rentang normal dengan mengatur menjaga tubuh, pakaian dan mendidik lingkungan.

  1. 1.      Holisme.

Model perawat yang dijelaskan oleh Virginia handerson adalah model konsep aktifitas sehari-hari dengan mengambarkan gambaran fungsi utama perawat yaitu menolong orang yang sakit/sehat dalam usaha menjaga kesehatan atau menghadapi kematian dengan tenang.

Teori Henderson berfokus pada individu berdasarkan pandangan, yaitu jasmani(body) dan rohani (mind) yang tidak dapat dipisahkan.

Menurut Henderson manusia adalah unik dan tidak ada dua manusia yang sama.
Kebutuhan – kebutuhan individu tercermin dalam 14 komponen asuhan Keperawatan dasar (basic nursing care):

1).   bernafas dengan normal,

2).   nutrisi,

3).   eliminasi,

4).   gerak dan keseimbangan tubuh,

5).   istirahat tidur,

6).   berpakain,

7).   mempertahankan sirkulasi,

8).   personal hygiene,

9).   rasa aman dan nyaman,

10).   berkomunikasi,

11).   kebutuhan spiritual,

12).   kebutuhan rekreasi,

13).   kebutuhan bekerja,

14).   kebutuhan bermain dan rekreasi dan kebutuhan belajar.

Pemahaman konsep teori Keperawatan Henderson didasari kepada keyakinan dan nilai yang dimilikinya, diantaranya:

  1. Manusia akan mengalami perkembangan mulai dari pertumbuhan dan perkembangan dalam rentang kehidupan.
  2. Dalam melaksanakn ADL individu akan mengalami ketergantungan sejak lahir hingga menjadi dewasa yang di pengaruhi oleh pola asuh,lingkungan dan kesehatan.
  3. Dalam melaksanakan ADL individu di kelompokkan menjadi : terhambat dalam melakukan aktifitas,belum dapat melakukan aktifitas dan tidak dapat melakukan aktifitas.

2. Caring.

Caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri.

Tujuan asumsi mendasari konsep caring

  1. Caring hanya hanya efektif bila diperlihatkan dan dipraktikan secara interpersonal.
  2. Caring terdiri dari karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi kebutuha manusia atau klien.
  3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.
  4. Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang yang tidak hanya saat itu juga namun juga mempengruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya.
  5. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
  6. Caring merupakan inti dari Keperawatan.
  1. Caring memadukan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai prilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dalam membantu klien yang sakit.

            3. Humanisme.

Orang humanis yang meyakini kebaikan nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen dalam bekerja untuk kemanusiaan.

Contoh prilaku yang manusiawi adalah empaty,simpaty,terharu dan menghargai kehidupan.

Dalam Keperawatan humanism merupakan suatu sikap dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan bio, psiko, sosio, cultural.

Perawat yang mengunakan pendekatan humanism dalam prakteknya memperhitungkan semua yang di ketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran,perasaan,nilai-nilai, pengalaman dalam dunia keperawatan.

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan.

Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa :

  1. Konsep dan model keperawatan yang dikembangkan oleh Orem lebih menekankan pada kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya tanpa ada ketergantungan dengan orang lain (mandiri).
  2. Model konseptual yang dikembangkan oleh Orem terdiri dari tiga yaitu theory deficit self care, theory self caredan nursing system.
  3. Ada tiga tingkatan kemampuan individu untuk mememnuhi kebutuhan self care-nya yaitu :
  • wholly compensatory nursing system, Partly comensatory nursing system, Supportive educative nursing system.
  1. Proses keperawatan menurut Orem yaitu melalui 3 (tiga) langkah yaitu pelaksanaan manajemen kasus melalui analisis data, mendesain sistem keperawatan dengan menentukan tingkat ketergantungan dan menetapkan diagnosa keperawatan; perencanaan untuk pemberian asuhan perawatan dan evaluasi untuk pengontrolan.
  2. Proses keperawatan menurut Henderson  yaitu melalui 3 (tiga) langkah yaitu pelaksanaan manajemen kasus melalui analisis data, mendesain sistem keperawatan dengan menentukan tingkat ketergantungan dan menetapkan diagnosa keperawatan; perencanaan untuk pemberian asuhan perawatan dan evaluasi untuk pengontrolan

Teori model dan konsep yang dikemukakan oleh Orem dan henderson memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang bisa menjadi pertimbangan untuk perkembangan teori menjadi lebih baik dan bisa secara luas diaplikasikan di berbagai area keperawatan.

Cara alami dapatkan mata sehat dan indah

Mata yang indah dan sehat bisa jadi daya tarik. Berikut ini beberapa cara cepat untuk mendapatkan mata yang sehat.

Tidur adalah satu hal yang sangat penting untuk kesehatan mata Anda. Kesegaran mata sangat bergantung pada kualitas dan durasi waktu tidur Anda. Maka, pastikan tidur anda cukup dan berkualitas.

Penggunaan krim mata seringkali diabaikan, karena dianggap tidak terlalu penting. Padahal kulit yang berada di sekitar mata Anda, kondisinya dua kali lebih tipis dibandingkan dengan kulit lain pada bagian wajah Anda. Itulah sebabnya, kulit di sekitar mata lebih cepat berkerut, bila tidak dirawat menggunakan krim mata.

Gunakanlah selalu pelembab atau krim mata pada bagian bawah mata Anda, supaya kelembaban kulit mata selalu terjaga, sebagaimana dilansir dari Boldsky.

Cara jitu alami lainnya adalah, dengan meminum banyak air, karena dehidrasi akan membuat pancaran mata Anda tampak kuyu dan kering.

Oleh sebab itu, minumlah banyak air agar tubuh Anda tidak mengalami dehidrasi, dan air akan memberikan kilau pada mata Anda secara natural.

Bagi Anda yang berkacamata, alat bantu pengelihatan itu kerap kali membuat mata Anda tidak terbuka dengan sempurna. Inilah yang menyebabkan mata Anda tampak tua dan cekung.

Solusinya, cobalah untuk menggunakan lensa kontak, atau cobalah untuk menggunakan kacamata yang lensanya tidak mepet dengan bulu mata Anda. Karena jenis kacamata ini akan membuat mata Anda sulit untuk terbuka.

semangat cinta kasih

Sabda Yesus dalam Injil hari ini benar-benar sulit dicerna bahkan nyaris tak mungkin bisa dilaksanakan dalam kehidupan nyata. Ia melarang untuk melawan, bila ada yang berbuat jahat kepada kita.
 
Bukankah dalam keseharian yang kita jumpai dan yang kita alami sendiri adalah hukum balas dendam. Orang saling bertikai dan saling menyerang karena perbedaan pendapat? Merasa diri benar lalu melihat orang lain adanya hanya salah dan dianggap sebagai musuh? Tidak memandang orang lain sebagai sesama makhluk Tuhan tetapi sebagai lawan?
Tetapi Yesus berpandangan lain. Ia mengatakan: “Kasihilah  musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu …”  Ia mengatakan, bila dipukul pipi kanan harus memberikan pipi kirinya dipukul juga. Bukan hanya itu. Apa pun yang kita miliki bila mereka meminta harus diberikan. Tidak boleh menolak walau yang diminta hanya baju tetapi berikan jubah juga kepadanya. Bagaimana mungkin orang harus berdamai dengan musuh, di mana musuh itu mengancam jiwanya dan merampas apa yang menjadi miliknya.
Inilah yang menjadi tantangan bagi kita sebagai pengikut-Nya. Yesus dalam nasihat-Nya menginginkan agar pengikut-Nya mempunyai semangat lebih, yaitu mau berbuat lebih baik kepada sesama hidup kita. Sesama kita bukanlah sanak saudara dan sahabat-sahabat kita saja, tetapi semua orang. Tidak cukup kepada yang berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita, tetapi kepada setiap orang. Kita diajak mengasihi musuh sekalipun. Kalau ingin menjadi lebih baik lagi, kita diajak untuk mengasihi dan berdoa bagi musuh-musuh dan orang yang membenci kita. Kita diajak memberikan sesuatu yang baik kepada semua orang termasuk orang yang kita anggap musuh atau bukan lingkungan kita.  Yesus mengajak kita sekalian untuk mengasihi sesama makhluk dengan tidak membeda-bedakan siapa saya dan siapa mereka.
Seperti Bapa mahakasih yang tidak membeda-bedakan ciptaan-Nya. Bapa menerbitkan matahari dan menurunkan hujan kepada semua makhluk. Entah yang jahat atau yang baik, yang benar atau yang salah. Kalau kita hanya mengasihi mereka yang mengasihi kita, itu masih sama saja seperti pada umumnya orang berbuat baik. Tak ubahnya seorang pemungut cukai atau yang tidak mengenal Allahpun bisa berbuat serupa.
Dasar dari tindakan ini adalah teladan Yesus sendiri. Ia datang ke dunia untuk mencintai semua orang, baik itu murid-murid-Nya maupun orang-orang yang membenci Dia. Ia rela mengorbankan nyawa-Nya demi keselamatan semua orang. Semangat cinta kasih seperti yang diharapkan Yesus itu memang sungguh sulit, tetapi bila kita mau berpasrah kepada-Nya, niscaya Ia akan membantu kita.
Marilah kita berbuat lebih dalam hal cinta kasih sesuai kehendak Yesus agar kita menjadi sempurna, sebagaimana Bapa di surga adalah sempurna.