PENGARUH BUDAYA DUAN DAN LOLAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT TANIMBAR

PENGARUH BUDAYA DUAN DAN LOLAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT TANIMBAR

PENDAHULUAN
Setiap bangsa pada umumnya dan setiap daerah pada khususnya memiliki budaya tertentu. Dikatakan budaya berarti suatu kebiasaan hidup yang sudah diwariskan turun temurun sejak dahulu  kala hingga kini. Budaya itulah yang menjadi salah satu pembentuk hidup manusia, sehingga budaya merupakan salah satu faktor penentu suatu pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Setiap orang memiliki budaya, tetapi apakah setiap orang bisa berbudaya? Jawaban dari pertanyaan ini ialah belum tentu orang berbudaya dengan budaya yang dimiliki. Bisa jadi sebaliknya, orang malah tidak berbudaya dengan budaya yang dimilikinya. Mengapa demikian? Karena orang yang berbudaya adalah orang yang menghargai budayanya dan budaya orang lain serta mengembangkannya menjadi suatu nilai yang dijunjung tinggi dan mendadi pedoman hidup untuk kebaikan semua orang. Sementara kebalikan dari budaya yaitu orang tidak menghargai budayanya dan budaya orang lain, dengan budaya yang dimiliki, orang malah merusak nilai-nilai dari budaya yang sesungguhnya.
Untuk menjadi seorang yang sungguh-sungguh  berbuday maka perlulah pemahaman yang dalam tentang budaya itu sendiri. Sebagai anak Tanimbar yang mewarisi budaya Duan dan Lolat maka kami ingin mengungkapkan apa sebenarnya yang dimaksud dengan budaya Duan dan Lolat dalam kehidupan masyarakat Tanimbar, apa tugas dan tanggung jawabnya, apa pengaruhnya bagi pembentukan karakter pribadi dan bagaimana tanggapan Gereja tentang budaya Duan dan Lolat.
BAB I
PENGERTIAN DUAN DAN LOLAT
I. 1. Pengertian Duan
I.1.1. Etimologi Istilah Duan
Istilah Duan berasal dari kata “Ndrue” yang artinya tuan, raja, pemimpin dan penguasa. Dalam strata sosial Duan ini selalu pada posisi di atas dari pada Lolat. Dalam segala hal Duan sebagai pemegang nafas Lolat artinya Duan merupakan asal segala hidup, pemberi hidup. Dalam hubungannya dengan manusia satu sama lain (laki-laki dan perempuan), Duan ini dimaksudkan sebagai perempuan yang merupakan lambang dari kehidupan, kesuburan yang dalam bahasa Tanimbar disebut “Ompak Ain” yang artinya tempat tanah. Dalam konteks perkawinan Duan adalah pemberi perempuan artinya Duan memiliki perempuan, jika perempuan itu hendak menikah maka Duan ini akan memberikan perempuan itu kepada seorang yang mau menjadi suaminya. Sedangkan kalau perempuan itu sudah menikah maka saudara laki-laki dari perempuan (pihak keluarga perempuan) akan berstatus sebagai Duan bagi suaminya (pihak keluarga laki-laki).
I.1.2. Tugas Dan Tanggung Jawab Duan
Berdasarkan etimologi Duan tadi maka dapat diungkapkan maksud tugas dan tanggung jawabnya. Adapun tugas dan tanggung jawab Duan:
v  Sebagai pelindung
Duan ini selalu melindungi lolat dalam segala hal dalam bahasa Tanimbar disebut “Teter Lere” yang artinya melindungi dari panas dan hujan. Biasanya kalau lolat sedang mengalami masalah maka Duan akan berperan melindunginya.
v  Sebagai pemelihara
Duan ini selalu memelihara lolat dalam hal apa saja, dia pemberi hidup, dia yang menghidupi lolat, justru itu Duan yang memegang nafas lolat karena dia yang memberi hidup sehingga lolat selalu hati-hati kalau Duan marah karena kalau Duan marah maka lolat akan dapat akibatnya.
Kalau dalam proses adat berlangsung maka Duan ini memberi makanan kepada  Lolat (sebagai pemelihara) dan memberi kain kepada lolat (sebagai pelindung). Intinya Duan ini selalu membawa hal-hal yang berjenis perempuan kepada Lolat.
I.2. Pengertian Lolat
I.2.1. Etimologi Istilah Lolat
Istilah Lolat artinya hamba. Dalam strata sosial Lolat ini selalu pada posisi di bawah dari pada Duan. Dalam segala hal Lolat ini selalu bergantung hidup pada Duan, apalagi kalau dia sedang mengalami masalah, yang menjadi tempat berteduh, sandaran hidupnya adalah Duan. Dalam hubungannya dengan manusia satu sama lain, Lolat ini dimaksudkan sebagai laki-laki yang siap bekerja membantu Duan yang dalam bahasa Tanimbar disebut “Udan Ain” yang artinya tempat hujan. Dalam konteks perkawinan  Lolat adalah penerima perempuan artinya perempuan yang diberikan oleh Duan. Kalau laki-laki itu menikah dengan perempuan pemberi Duan tadi maka laki-laki itu bersama keluarganya akan menjadi Lolat bagi perempuan itu dan keluarganya.
I. 2.2. Tugas Dan Tanggung Jawab Lolat
Berdasarkan etimologi Lolat tadi, maka dapat diungkapkan maksud tugas tanggung jawab Lolat. Adapun tugas dan tanggung jawab Lolat:
v  Mengabdi kepada Duan
Sudah sepantasnya kalau kita sudah ditolong maka kita juga harus menolong. Saling menghargai dan menolong adalah bentuk kerja sama yang baik di antara Duan dan Lolat sehingga sebagai balasannya Lolata bekerja membantu Duan.
Kalau dalam proses adat berlangsung maka Lolat ini memberi sopi dan sumbat/penutup botol (tuke dan snyingat) dan ikan/daging kepada Duan. Dia yang menuang sopi untuk Duan minum, membagi-bagi makanan kepadan Duan untuk makan. Intinya  Lolat ini selalu membawa hal-hal yang berjenis laki-laki kepada Duan.
BAB II
PENGARUH BUDAYA DUAN DAN LOLAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT TANIMBAR
Budaya Duan dan Lolat dalam kehidupan masyarakat Tanimbar sudah pasti mempunyai suatu pengaruh dan jelaslah pengaruh itu ada positifnya dan ada pula negatifnya. Di bawah ini akan diuraikan pengaruhnya dalam masyarakata pada umumnya dan pengaruh positif dan negative dalam pembentukan pribadi pada khususny.
II.1. Pengaruh pada umumnya (masyarakat)
Budaya Duan dan Lolat dalam masayarakat Tanimbara sangat kental ketika terjadi suatu konflik antar kampong atau suatu pertemuan tertentu. Biasanya dalam penyelesaian suatu konflik tertentu, Duan dan Lolat ini sangat mempunyai peranan. Di sini kami akan mengangkat contoh-contoh dalam masyarakat yang mana budaya Duan dan Lolat berperan. Contoh itu antara lain:
v  Kampung-kampung yang saling bertikai ( misalnya Olilit-Sifnana, Lorwembun-Batjas, Kelan-Krawain dll.)
Biasanya yang sering terjadi pertikaian itu adalah kampong-kampung yang bertetangga dimana tingkat hidup kelompok sosialnya lebih tinggi dan lebih dekat.Jenis-jenis kelompok sosial yang lazim ada dalam masyarakat antara lain:
Kekerabatan: pengelompokan yang terbentuk berdasarkan hubungan darah dan ikatan perkawinan
Teritorial: pengelompokan sosial yang terbentuk atas dasar hubungan tetangga, tinggal berdekatan satu sama lain dan merasa diri bersatu
Agama: pengelompokan sosial berdasarkan iman kepercayaan yang dianut
Status/jabatan: pengelompokan sosial berdasarkan jabatan tertentu untuk membuat kegiatan bersama
Persahabatan: pengelompokan sosial berdasarkan sahabat untuk melakukan kegiatan bersama
Setelah kampung-kampung itu bertikai maka selalu ada jalan tengah yaitu berdamai., dan justru pertikaian itulah bisa membuahkan sebuah persahabatan yang akrab yang disebut “Pela” dalam bahasa Tanimbar disebut “Keselibur” yang sama artinya juga dengan bahasa Larat “Kidabela” yang artinya sahabat dan saudara. Dalam konteks pertikaian antara kampung ini maka penyelesaian dilakukan dalam adat yaitu yang  memberikan makanan dan kain adalah Pela Duan dan yang memberikan sopi dan snyingat serta ikan/daging adalah Pela Lolat.
II.2. Pengaruh Pada Khususnya (Diri Pribadiku)
II.2.1. Pengaruh Positif
Budaya Duan dan Lolat yang ada dalam masyarakat Tanimbar mempunyai pengaruh positif bagi diriku yaitu:
Selalu dan ingin membantu dan menolong siapa saja yang lemah walaupun saya pribadi mengalami kekurangan
Selalu dan ingin melindungi siapa saja yang tidak berdaya, yang merasa tidak mempunyai sandaran hidup
Mempunyai sikap rendah hati walaupun memiliki kelebihan
Solider dengan orang lain, ingin terlibat dalam hidup kebersamaan dengan orang lain,mampu beradaptasi dengan orang lain
Rasa memiliki orang lain sebagai saudara dan sahabat
Taat kepada perintah, menghormati dan  menghargai orang lain yang lebih tua
Rajin bekerja, melayani dan membantu orang lain
Selain Duan dan Lolat itu mempunyai pengaruh positif bagi diriku, ada juga pengaruh negative juga bagi diriku yaitu:
Terkadang memiliki sikap dan sifat sombong bila saya melebihi orang lain dalam hal apa saja.
Cenderung memerintah, melakukan apa saja sesuka hati tanpa berpikir orang lain.
Cuek dengan penderitaan orang lain kalau saya sudah merasa cukup kebutuhan.
BAB III
SIKAP GEREJA DALAM MENANGGAPI
BUDAYA DUAN DAN LOLAT
Pada dasarnya Gereja menerima setiap budaya daerah asalkan budaya itu untuk kebaikan bersama tanpa mengorbankan satu pihak manapun. Dalam hubungannya dengan budaya Duan dan Lolat dalam masyarakat Tanimbar ini Gereja menerima dengan tangan terbuka bahkan ada satu perpaduan yang sangat baik antara budaya dan agama, sehingga lewata budaya orang mengenal agama. Orang lebih menghayati iman dan nilai-nilai keagamaan melalui budaya Duan dan Lolat ini. Dalam konteks relasional, masyarakat Tanimbar mengenal tiga macam relasi yaitu:
Relasi Duan dan Lolat
Relasi Empung Nuse
Relasi Mele-Kawar/Baluan-Famude
Dalam hubungannya dengan Tuhan dan manusia diangkat juga tiga relasi ini yaitu:
Relasi Duan dan Lolat
Adalah relasi antara tuan dan hamba.Yang menjadi tuan disini yaitu Tuhan yang mempunyai kekuasaan Maha Tinggi, Dialah pemegang nafas hidup dan mati, Dia pemberi hidup.Kata Duan dalam arti Tuhan ini sering disapa sebagai “Ndrue Silai” sedangkan yang menjadi hamba adalah manusia yang mengabdi, menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Relasi Empung Nuse
Adalah relasi antara tete dan cucunya. Yang menjadi tete disini adalah Tuhan yang sering disapa Tete Manis dan cucu adalah manusia yang merupakan satu bentuk relasi cinta dan kasih saying dalam keluarga
Relasi Mele-Kawar/Baluan-Famude
Adalah relasi antara yang terdahulu dan yang terkebelakang. Yang menjadi Mele adalah Tuhan yang selalu disapa “Mele Silai”, Dialah yang Maha Tahu segala sesuatu , Dia yang lebih dulu menemukan, membuat segala sesuatu ada (Baluan) sedangkan manusia adalah Kawar, dia menjadi hamba yang hina bagi Mele, dia tidak berdaya, dia mampu membuat sesuatu kalau ada persetujuan dari Mele
Tiga macam relasi yang ada dalam masyarakat Tanimbar ini terlihat jelas juga sesuai dengan Kitab Suci dimana diungkapkan perjanjian antara Allah dan bangsa Israel, dimana Allah bersabda: “ Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Yeremia 31: 33).
PENUTUP
Sebagai anak Tanimbar, kami merasa bersyukur dan bangga karena memiliki budaya Duan dan Lolat ini begitu baik karena lewat budaya Duan dan Lolat ini iman akan Allah dengan mudah dihayati. Memang konsekwensi dari budaya Duan dan Lolat ini memberi pengaruh yang positif dan negative dalam pembentukan karakter pribadi tetapi bukan berarti bahwa budaya Duan dan Lolat ini memiliki nilai yang negative. Pada prinsipnya, budaya Duan dan Lolat mempunyai nilai yang positif dan kalau budaya Duan dan Lolat ini memberi pengaruh negative pada diri pribadi maka disitulah letaknya perubahan sikap masing-masing terhadap budaya tersebut. Perubahan sikap masing-masing bisa terjadi kalau kita mempunyai pemahaman tentang budaya tersebut dan bagaimana menyikapi secara dewasa dimaksud bahwa hal yang positif dari budaya itu kita tingkatkan dan hal yang negative dari buday itu kita sadari dan kita hilangkan.
Untuk dimengerti bersama bahwa nilai dari budaya bukanlah hal yang negative tetapi hal yang positif.Duan dan Lolat yang diangkat dalam budaya Tanimbar dalam pengertiannya bukanlah hal untuk membedakan manusia yang lebih tinggi dan lebih rendah melainkan yang mau ditekankan dari budaya Duan dan Lolat dalam hubungannya dengan manusia satu sama lain adalah untuk saling menghormati dan menghargai, hidup dalam suasana rukun dan damai,bukan yang kuat menganggap rendah yang lemah tetapi justru yang kuat membantu yang lemah sehingga dalam hidup bersama selalu didasarkan pada cinta dan kasih sayang.

Leave a comment